Rabu, 08 Desember 2010

Kerangka Teknis Pendidikan Karakter Bangsa


Oleh: Agus Safari, S. Pd



Generasi muda dan pelajar dewasa ini, sudah tidak lagi gandrung terhadap karakter budaya bangsa. Dapat kita maklumi, karena persoalan ini tidak terlepas dari arus globalisasi yang dahsyat, terutama di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Pihak-pihak terkait, seperti guru, orang tua, dan masyarakat umumnya merasa prihatin terhadap persoalan ini. Guru dan orang tua seolah-olah sudah kehilangan “akal” untuk mengatasi persoalan tersebut. Kenakalan remaja seperti pergaulan bebas, narkoba, ugal-ugalan di jalan raya, dll. mengakibatkan kerugian moral dan material yang cukup menyedihkan. Sarana-sarana pendidikan formal yang bertujuan membentuk kepribadian anak didik, merasa tidak lagi menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan itu. Mengatasi hal ini, harus dimulai dari peran aktif orang tua dan guru di sekolah. Keterlibatan semua pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat membuka peluang untuk mengecilkan dampak negatif dari degradasi moral generasi muda terhadap nilai-nilai kebangsaan yang luhur.

Dalam membangun karakter bangsa yang ideal, maka konsepsi ini adalah sesuatu yang mendasar. Dapat dimaknai bahwa seorang pemuda/pelajar haruslah konsekuen untuk mewujudkan apa yang telah diucapkan. Kristalisasi dari ungkapan itu adalah perlunya pribadi memiliki sifat "bawa laksana". Dalam filsafat Jawa, seseorang harus memiliki sifat "bawa laksana" di samping sifat-sifat baik lain dari kebudayaan nusantara. Ini tercermin dari ungkapan yang sering diucapkan Dalang dalam setiap lakon wayang, yang berbunyi: "dene utamaning nata, berbudi bawa laksana" (sifat utama bagi seseorang adalah bermurah hati dan teguh memegang janji). Sifat 'bawa laksana' dianggap mempunyai nilai yang sangat tinggi, sehingga ia harus dimenangkan apabila terjadi benturan dengan nilai-nilai lain yang negatif. Etika 'bawa laksana' mengandung nilai yang bersifat universal. Di mana pun dan kapan pun juga, sikap tersebut pasti diakui mengandung nilai filsafat yang baik dan perlu dipegang teguh oleh semua orang. Bercermin pada nilai-nilai luhur bangsa dengan nuansa ikhlas bakti bina bangsa dan berbudi ‘bawa laksana’, agaknya dapat dijadikan pengobat kegelisahan kita. Dunia pendidikan selayaknya menjadi pelopor perlunya merekatkan kembali nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme sebagai pondasi dasar membangun karakter bangsa, yang dalam istilah Ir. Soekarno, nasionalism caracter building yang dibangun dari kebudayaan nusantara, dan telah dirumuskan dalam Pancasila sebagai dasar kehidupan bangsa.

Tim Pengembang Kurikulum dan Peningkatan Mutu Pendidikan, yang merupakan bagian dari program 100 hari Bupati Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, yang telah dilantik oleh Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Drs. Sulihtiyono, MM, M.Pd (Radar Banyuwangi, 7 Desember 2010), perlu mendapatkan apresiasi positif dari masyarakat Banyuwangi. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diharapkan memasukkan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa dalam tiap-tiap satuan mata pelajaran di sekolah. Gagasan cemerlang yang dicetuskan oleh seorang tokoh dan pengawas pendidikan Banyuwangi itu, H. Masykur Ali, seharusnyalah mendapatkan respon positif dari semua pihak. Ini tak lain adalah untuk membentuk sebuah kerangka teknis di dalam mentransfer nilai-nilai luhur bangsa terhadap para peserta didik. Selama ini, tutor-tutor yang dibiayai oleh APBN yang bertugas untuk mengembangkan kurikulum di dalam dunia pendidikan dirasa kurang maksimal memberikan fungsi dan perannya. Sehingga dengan terbentuknya Tim Pengembang Kurukulum dan Peningkatan Mutu Pendidikan ini, akan mampu memaksimalkan kualitas kurikulum dan mutu pendidikan di Banyuwangi.

Salah satu hal terpenting untuk dilakukan dalam dunia pendidikan di Banyuwangi adalah adanya wujud kepedulian seluruh warga sekolah, yakni murid, guru, orang tua dan masyarakat terhadap kualitas pendidikan dan peserta didik. Hal ini merupakan respon positif terhadap dibentuknya Tim Pengembang Kurikulum dan Peningkatan Mutu Pendidikan yang telah dilantik baru-baru ini. Terbentuknya tim tersebut merupakan bentuk kepedulian guru, aktivis, dan tokoh pendidikan terhadap nilai-nilai pendidikan yang berkarakter di Banyuwangi.

Pendidikan berkarakter adalah bentuk transformasi positif terhadap para peserta didik untuk menghayati nilai-nilai kebangsaan. Di dalamnya termasuk penyesuaian terhadap perubahan jaman. Diharapkan guru dan warga sekolah dalam membentuk karakter pelajar diawali dari pintu gerbang masuk sekolah. Misalnya; anak yang tidak memakai atribut sekolah secara lengkap, baju yang tidak dirapikan, dan pelbagai hal yang tidak sesuai dengan ketentuan sekolah harus sudah dilakukan teguran oleh guru sejak di pintu gerbang sekolah itu. Ini artinya, guru memberikan perhatian yang maksimal bagi murid-muridnya untuk memberikan pendidikan karakter sejak awal dari tingkah laku dan sikap murid. Sikap dan tingkah laku murid yang menyimpang tidak dibiarkan tanpa teguran dan peringatan. Sebab, jika tingkah laku yang menyimpang itu dibiarkan akan berdampak pada buruknya karakter murid di mana ia tidak memahami secara mendalam arti dari suatu sikap yang baik. Di sinilah kunci penting dalam menyukseskan pendidikan berkarakter di dalam tiap-tiap satuan mata pelajaran.

Tim Pengembang Kurikulum dan Peningkatan Mutu Pendidikan diharapkan dapat memberikan suatu upaya teknis demi mewujudkan nilai-nilai luhur ke dalam sistem pendidikan di Banyuwangi. Di samping itu pula, tim tersebut diharap bisa melakukan pemantauan terhadap segenap aktivitas pendidikan di Banyuwangi guna mencapai pada mutu dan kualitas yang maksimal serta dirasakan oleh masyarakat. Pendidikan karakter akan mengalami kesulitan apabila fasilitas dan sarana pendidikan di Banyuwangi tidak menunjang. Sehingga pengawalan secara kritis dan upaya peningkatan mutu pendidikan benar-benar harus menjadi perhatian yang utama.

Pendidikan berkarakter ini akan mentransfer nilai-nilai luhur bangsa, agar pelajar memahami jati diri kebangsannya. Pelajar tidak hanya mengejar nilai prestasi, tetapi ia juga harus memiliki sikap pribadi yang mencerminkan keluhuran bangsanya. Nilai-nilai karakter bangsa itu, di antaranya adalah rasa menghargai sesama, pluralisme, kerukunan, kemanusiaan, persaudaraan, keramah tamahan dan lain-lain yang telah lama menjadi sikap hidup bangsa kita.

Kita berharap, Tim Pengembang Kurikulum dan Peningkatan Mutu Pendidikan yang telah digagas oleh tokoh pendidikan, H. Masykur Ali dan telah resmi dilantik oleh Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi itu, nantinya akan mengobati kegelisahan para orang tua di dalam mendidik dan membentuk pribadi anak-anaknya. Ke depan, Tim Pengembang Kurikulum dan Peningkatan Mutu Pendidikan ini diharapkan pula menjadi badan yang mengawal kualitas pendidikan di Banyuwangi guna mempermudah proses transformasi nilai-nilai kebangsaan kita. Semoga.

Banyuwangi, 2010

Penulis adalah guru SMP Negeri 4 Banyuwangi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar