Rabu, 08 Desember 2010

Sekilas Biografi Agus Safari, S. Pd


Agus Safari lahir pada 5 Mei 1969 di Lingkungan Singomayan, Kelurahan Singonegaran, Banyuwangi. Ia terlahir dari pasangan Moh. Kahfi dan Sapiyah. Ayahnya adalah seorang pensiunan prajurit TNI AD yang bertugas di Batalyon 510 Macan Putih, ibunya adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Agus adalah anak kedelapan dari sembilan bersaudara.
Agus menjalani pendidikannya mulai di bangku SD Negeri 3 Singonegaran, kemudian melanjutkan SMP dan SMA Islam Al-Khairiyah, Banyuwangi. Pada usia 9 tahun, Agus sudah ditinggalkan ayahnya yang meninggal pada usia 65 tahun, disusul setahun kemudian, ibunya meninggal dunia. Kondisi ini memaksa Agus untuk berupaya keras membiayai kebutuhan pendidikannya dengan berjualan pisang goreng keliling kampung. Di usia SMP, Agus ikut orang lain untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga, hal ini dilakukan untuk membiayai kebutuhan hidup dan sekolahnya. Hingga menginjak SMA, Agus menjalani pekerjaan sebagai “pembantu umum” di SD Islam Al-Khairiyah. Sejak itulah, Agus mulai berkecimpung dalam dunia pendidikan. Sebagai pembantu umum, Agus harus melakukan aktivitasnya tiap pagi, bangun subuh dan membersihkan halaman-ruangan kantor dan kelas. Pekerjaan ini dijalaninya untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya di SMA.
Lulus dari SMA (1987-1988), Agus Safari merantau selama empat tahun di Jakarta sebagai kenek (kernet) sebuah bus kota yang disebut PPD (Perusahaan Penumpang Djakarta) dengan trayek Rawamangun-Blok M. Selama empat tahun itulah, Agus ditempa kehidupan yang keras di jalanan dan menghabiskan malam-malamnya di terminal Rawamangun, Jakarta. Sepulang dari merantau di Jakarta (1992), Agus memutuskan diri untuk pulang ke kota kelahirannya di Banyuwangi. Sejak tahun 1992, Agus mulai peka melihat kenyataan sosial di tengah-tengah masyarakat Banyuwangi. Dengan hasil uang sebagai kenek PPD di Jakarta, Agus melanjutkan kuliah di IKIP PGRI Banyuwangi (1992), jurusan sejarah. Dalam perjalanan pendidikannya di perguruan tinggi, Agus Safari pernah menjabat Sekretaris Senat Mahasiswa IKIP PGRI Banyuwangi (1993). Semasa itu, ia aktif sebagai aktivis mahasiswa yang tampil di tengah-tengah ketimpangan masyarakat, di mana rezim Orba masih berkuasa.
Pada 1995, Agus menjabat sebagai Presidium Senat Mahasiswa se-Jawa Timur di Universitas Bangkalan, Madura (sekarang Universitas Trunojoyo). Agus memimpin sidang Senat Mahasiswa se-Jawa Timur dalam rangka menghadirkan Sri Bintang Pamungkas dan Adnan Buyung Nasution dalam sebuah kegiatan ilmiah mahasiswa dalam kampus. Ia juga pernah ditahan selama 10 hari di Polda Jatim atas tuduhan melakukan aksi mahasiswa yang menghadirkan dua tokoh kontroversial di masa Orba itu tanpa ijin dari aparat keamanan.
Sejak SMA, Agus Safari adalah aktivis sejumlah organisasi kepemudaan, di antaranya AMPI, FKPPI (1989-1991), dan Kepramukaan (1986 sampai sekarang).
Agus menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1997. Selepas mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Agus mengabdikan diri pada sejumlah sekolah swasta SD, SMP, dan SMA Islam Al-Khairiyah, SMP PGRI I, STM PGRI I, STM Pradana, SMP Al-Irsyad Banyuwangi.
Karena kecenderungan Agus pada wilayah politik, maka Agus Safari berhenti mengajar selama dua tahun. Dalam waktu dua tahun itu, Agus pernah aktif di lembaga underbouw sebuah partai politik, PPP, ia terpilih sebagai ketua GPK (Gerakan Pemuda Ka’bah) pada tahun 1998 sampai 2002. Pergumulannya di dunia politik, membawa Agus menjabat ajudan Calon Gubernur Jatim, Brigjend (Purn) TNI AD, Abdul Kahfi-Ir. H. Ridwan Hisyam yang dicalonkan dari PKB pada tahun 2002. Setelah kegagalan Calon Gubernur Jatim tersebut, Agus kembali ke Banyuwangi dan menekuni sebuah lembaga swadaya masyarakat, yakni Lembaga Kajian Kebijakan Publik dan Politik Lokal Banyuwangi. Agus Safari aktif melakukan kajian dan analisa kebijakan publik dan politik lokal Banyuwangi. Tulisan-tulisannya dimuat di Radar Banyuwangi. Pada akhir tahun 2003, Agus Safari mengikuti tes CPNS daerah di Banyuwangi, pada Sabtu 22 Nopember 2003, dan lulus tahap pertama ujian tulis. Pada tanggal 3 Desember 2003, Agus mengikuti ujian Psikotes, dan dinyatakan lulus kembali. Pada 19 Januari 2004, berdasarkan SK Bupati, Agus dinyatakan resmi sebagai CPNS Pangkat Penata Muda Golongan III/a untuk melaksanakan tugas sebagai guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Giri. Empat bulan kemudian, Agus Safari ditarik atau diberi tugas di kantor Pemda pada Bagian Umum sebagai Ajudan Bupati Banyuwangi, Ir. H. Samsul Hadi (2004-2005).
Pada tahun 2006, Agus kembali melaksanakan tugas sebagai Guru Madya di SMP Negeri I Giri, terhitung sejak 2 Januari 2006. Sejak itu pula, Agus kembali menekuni dan berkonsentrasi pada dunia pendidikan dengan segala dinamikanya.
Agus menikah pada tahun 1997 di usia 28 tahun. Agus menikahi seorang gadis lulusan Pondok Pesantren, Denanyar, Jombang, bernama Ilmi Nafi’ah. Empat tahun setelah pernikahannya tersebut, pada tahun 2001, Agus Safari dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Farodis Azhari. Setahun kemudian, dia kembali dikarunia anak perempuan diberi nama Nila Ayu Rahmani.
Kini Agus tinggal di Banyuwangi dan terus aktif dalam dunia pendidikan di Banyuwangi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar